1. Deklarasi Khilafah Daulah Islamiyah 1435 Hijriah Download
2. Mujahidin Wilayah Kaukasus Download
3. Alhamdulillah, Daulah Islamiyyah Gembirakan Anak Anak Kaum Muslimin Download
4. Daulah Khilafah Melatih Kader-kader Spesialis Pembebasan Download
5. Departemen Pelayanan Publik Daulah Islamiyyah Bangun Jalan dan Jembatan Download
6. Distribusi Surat kabar Daulah Islamiyyah pada Masyarakat Download
7. Distribusi Zakat Fitri Bagi Muslim Faqir di Kota Hajarul Aswad Download
8. Ghozwah Pembalasan Syaikh Abu ‘Imad, Melibas Habis Nushairiy di Hamah Timur Download
9. Keberhasilan Lahan Pertanian Produktif Download
10. Kehangatan Dakwah Junud Khilafah Sentuh Kaum Muslimin di Kota Qobasin Download
11. Keindahan Syariat Islam di Bumi Syam, Hukum Cambuk Bagi Peminum Alkohol Download
12. Kemeriahan Festival Tenda Dakwah di Kota Tadaf Download
13. Pemusnahan Daging Ayam, Kepedulian Daulah Pada Syariat Halal Download
14. Penaklukan Pos Hajiz Terbesar Rezim Nushairiy di Rute Salamiyyeh-Khonasser Download
Jumat, 26 Februari 2016
Apakah Anda Tahu Bagaimana dan Mengapa Agama Islam Bisa Sampai ke India?
Jawabannya adalah Daulah Khilafah pada masa itu mengirim seluruh pasukannya untuk membela kehormatan seorang wanita Muslim lajang yang disekap oleh Raja Hindu.
"Pada 711 M sebuah kapal muslim yang berlayar utk menunaikan ibadah haji dari sri lanka menuju arabia dicegat oleh para bajak laut raja hindu dari sindh dan salah seorang wanita muslim di jadikan tawanan, raja ingin menjadikan ia sbg selirnya.
Marah dengan berita ini wali dari iraq di bawah kekhalifahan Umayah mengirim Muhammad Ibn Qasim untuk menyerang india pada tahun 712 M dan tentara Islam pun berhasil membunuh raja hindu dan membebaskan wanita muslim"
@AbuHunters
Sabtu, 20 Februari 2016
Kisah Mualaf Jenna dari USA: Kulepas Pekerjaan Impian Demi Hijabku
Namaku Jenna. Aku masuk Islam sudah lima tahun. Saat itu aku belum berhijab. Baru pada Ramadan tahun 2013 aku memakainya. Awalnya, aku berhijab karena ingin memperingati hari berhijab sedunia pada bulan Februari. Ternyata setelah memakainya, aku tidak lagi merasa bahwa berhijab itu menakutkan seperti yang kukira sebelumnya. Perasaan ini muncul karena aku dibesarkan di Amerika Selatan, wilayah yang cukup mudah untuk berprasangka buruk tentang Islam.
Aku sempat pindah dari Arkansas ke California. Awalnya kupikir di tempat baru keberadaanku akan lebih mudah diterima karena akan banyak muslimah berhijab di sana. Ternyata dugaanku keliru. Di California selatan orang-orangnya malah jauh dari kata toleransi terutama terhadap perempuan berhijab dibandingkan dengan Arkansas.
Saat melamar kerja, salah satu pemilik perusahaan melakukan wawancara sendiri terhadapku. Dia bilang bahwa semua kualifikasi yang kumiliki itu memenuhi syarat dan yang selama ini dia cari. Aku akan diterima bekerja di perusahaannya hanya apabila aku mau melepas hijabku. Pernyataannya membuatku shock dan tak mampu berkata apapun. Aku adalah seorang perawat berpengalaman. Apa hubungannya keahlianku ini dengan keharusan untuk melepas hijab? Benarkah ini yang dinamakan kemajuan dengan memaksa orang untuk melepaskan diri dari apa yang diyakininya?
Kesadaranku memakai hijab bukan karena dorongan seseorang ataupun ingin meraih sesuatu secara materi. Aku memakai hijab itu karena cinta dan rasa patuhku pada Allah. Aku merasa dengan berhijab, ada perasaan terlindungi dari gemuruhnya dunia yang penuh dengan hal-hal buruk ini. Aku tak akan melepasnya meskipun itu berarti aku harus kehilangan peluang mendapat pekerjaan yang sempurna dan kuimpikan selama ini.
Saat itu aku hanya tersenyum dan menjelaskan pada pemilik perusahaan bahwa hijab ini adalah hakku, kebebasanku, dan pilihanku sebagai bukti bahwa aku seorang muslim. Aku tak berharap orang tersebut atau siapa pun memahami keputusanku untuk berhijab ini. Tapi satu hal yang pasti, Alhamdulillah kupanjatkan setiap hari karena Allah telah menuntunku kepada cahaya kebenaran Islam. Allahu Akbar! (riafariana/islamconverts/voa-islam.com)
Aku sempat pindah dari Arkansas ke California. Awalnya kupikir di tempat baru keberadaanku akan lebih mudah diterima karena akan banyak muslimah berhijab di sana. Ternyata dugaanku keliru. Di California selatan orang-orangnya malah jauh dari kata toleransi terutama terhadap perempuan berhijab dibandingkan dengan Arkansas.
Saat melamar kerja, salah satu pemilik perusahaan melakukan wawancara sendiri terhadapku. Dia bilang bahwa semua kualifikasi yang kumiliki itu memenuhi syarat dan yang selama ini dia cari. Aku akan diterima bekerja di perusahaannya hanya apabila aku mau melepas hijabku. Pernyataannya membuatku shock dan tak mampu berkata apapun. Aku adalah seorang perawat berpengalaman. Apa hubungannya keahlianku ini dengan keharusan untuk melepas hijab? Benarkah ini yang dinamakan kemajuan dengan memaksa orang untuk melepaskan diri dari apa yang diyakininya?
Kesadaranku memakai hijab bukan karena dorongan seseorang ataupun ingin meraih sesuatu secara materi. Aku memakai hijab itu karena cinta dan rasa patuhku pada Allah. Aku merasa dengan berhijab, ada perasaan terlindungi dari gemuruhnya dunia yang penuh dengan hal-hal buruk ini. Aku tak akan melepasnya meskipun itu berarti aku harus kehilangan peluang mendapat pekerjaan yang sempurna dan kuimpikan selama ini.
Saat itu aku hanya tersenyum dan menjelaskan pada pemilik perusahaan bahwa hijab ini adalah hakku, kebebasanku, dan pilihanku sebagai bukti bahwa aku seorang muslim. Aku tak berharap orang tersebut atau siapa pun memahami keputusanku untuk berhijab ini. Tapi satu hal yang pasti, Alhamdulillah kupanjatkan setiap hari karena Allah telah menuntunku kepada cahaya kebenaran Islam. Allahu Akbar! (riafariana/islamconverts/voa-islam.com)
Sumber : voa-islam.com
Dzalim!! Di Sel Isolasi yang Gelap, Ustadz Ba’asyir Tak Boleh Shalat Berjama’ah
Tim Pengacara Muslim (TPM) mengungkapkan jika ustadz Abu Bakar Ba’asyir kembali mendapatkan perlakuan dzalim di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) setelah dipindah secara paksa dari LP Batu pada Selasa (9/2/2016) lalu.
“Ustadz Abu sekarang di sel isolasi di ruang tahanan baru di LP Pasir Putih. Tadi barusan kita masuk,” kata perwakilan TPM di Cilacap, Hasyim Abdullah kepada Manjanik.net pada Rabu (17/2/2016). (Baca: TPM Protes Keras Soal Sel Isolasi Terhadap Ustadz Ba’asyir Usai Dipindah Paksa dari LP Batu).
Sementara itu, koordinator TPM, Achmad Michdan SH yang juga ikut membezuk ulama senior Kota Solo di LP Pasir Putih itu menjelaskan, kendati tidak melihat secara langsung kamar yang ditempati ustadz Ba’asyir, dia mengatakan bahwa berdasarkan cerita yang disampaikan ustadz Ba’asyir bahwa kondisi kamar tersebut gelap karena dicat warna hitam dan banyak nyamuk.
Bahkan yang diprotes keras oleh TPM karena merupakan perbuatan dzalim dan melanggar HAM adalah, ulama sepuh kelahiran Jombang itu tidak bisa shalat berjamaah. Bahkan, lanjutnya, saat shalat Jumat pun ustadz Ba’asyir mengaku tidak bisa melaksanakannya karena tidak dikeluarkan dari kamar tahanan.
Selain itu, kata Michdan, pakaian ustadz Ba’asyir bersama empat terpidana lainnya yang menempati Blok D LP Pasir Putih juga terbatas karena sejak mereka dipindah ke LP Pasir Putih tersebut, tidak boleh membawa barang-barangnya dan sampai sekarang barang-barang tersebut belum diserahkan kembali.
Michdan menjelaskan, keempat terpidana lainnya yang menempati kamar isolasi tersebut antara lain ustadz Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman, ustadz Rois alias Iwan Darmawan Mutho, Heri Kuncoro alias Uceng dan ustadz Abrori bin Al Ayubi.
“Oleh karena ustadz Ba’asyir sakit-sakitan, beliau satu kamar dengan Kuncoro. Lainnya satu orang, satu kamar,” ungkapnya.
Michdan mengatakan bahwa keberatan tersebut juga terkait dengan pemindahan yang dilakukan mendadak dan penempatannya tidak pada posisi yang sama atau dapat bertemu dengan terpidana lainnya melainkan menempati kamar isolasi.
Michdan juga mempertanyakan landasan hukum penempatan ustadz Ba’asyir dan napi lainnya di kamar isolasi tersebut. “Apakah dikaitkan dengan kasus Thamrin? Ini kan tidak masuk akal, tiba-tiba diperlakukan seperti ini,” cetusnya. [GA/Ant]
Sumber : manjanik.net
Isi Dalam Tas Seorang Siswa Yang Membuat Para Gurunya Menangis
Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan’a’ yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia barang-barang yang di larang di bawa ke dalam sekolah, seperti: telepon genggam yang dilengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu bukan untuk hal-hal yang tidak baik.
Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain.
Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya..
Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisah ini...
Seperti biasa, dengan penuh percaya diri tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun dimulai..
Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga dikenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainnya, ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar..
Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya. Semakin dekat gilirannya untuk diperiksa, semakin tampak raut takut pada wajahnya.
Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya?!
Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk diperiksa..Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya!
Kini giliran diperiksa, dan dari sinilah dimulai kisahnya…
“Buka tasmu wahai putriku..”
Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia pun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan..
“Berikan tasmu..”
Ia menoleh dan menjerit, “Tidak…tidak…tidak..”
Perdebatan pun terjadi sangat tajam..
“Berikan tasmu..” …
“Tidak..”
“Berikan..”
“Tidak..”
Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada tasnya?!
Apa sebenarnya yang ada dalam tas miliknya dan takut dipergoki oleh tim pemeriksa?!
Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih di pegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan!
Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin terkejut melihat kejadian tersebut..
Tempat itu pun berubah menjadi hening..
Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut…??
Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja..
Mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya. Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan.
Siswi tersebut memperhatikan orang-orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum.
Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja..
Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, “Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?”
Di sini, dalam sekejap siswi tersebut simpati dengan kepala sekolah dan membuka tasnya. Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto, demi Allah, itu semua tidak ada!
Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti..
Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut.
Setelah merasa tenang, siswi itu berkata, “Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku makan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini.."
"Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami..," ujar siswi tersebut sambil menunduk malu.
"Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan..”
Saat itu juga semua yang hadir di ruangan tersebut tak kuasa menahan air mata, bahkan beberapa guru menangis sambil memeluk siswi tersebut.
Maka tirai pun ditutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya.
Karenanya wahai saudara dan saudariku, ini adalah satu dari tragedi yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang berpura-pura tidak mengenal mereka.
Wajib bagi seluruh sekolah dan pesantren untuk mendata kondisi ekonomi para santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik.
Semoga kisah ini dapat menjadi renungan kita semua. Semoga, apabila diantara kita diberikan rejeki berlebih oleh Allah, kita akan menjadi lebih perhatian, lebih perduli, dan lebih memberi kepada saudara-saudara kita di sekitar rumah atau lingkungan kita...Aamiin
Sumber : buzzertweet.com
Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain.
Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya..
Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisah ini...
Seperti biasa, dengan penuh percaya diri tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun dimulai..
Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga dikenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainnya, ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar..
Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya. Semakin dekat gilirannya untuk diperiksa, semakin tampak raut takut pada wajahnya.
Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya?!
Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk diperiksa..Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya!
Kini giliran diperiksa, dan dari sinilah dimulai kisahnya…
“Buka tasmu wahai putriku..”
Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia pun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan..
“Berikan tasmu..”
Ia menoleh dan menjerit, “Tidak…tidak…tidak..”
Perdebatan pun terjadi sangat tajam..
“Berikan tasmu..” …
“Tidak..”
“Berikan..”
“Tidak..”
Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada tasnya?!
Apa sebenarnya yang ada dalam tas miliknya dan takut dipergoki oleh tim pemeriksa?!
Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih di pegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan!
Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin terkejut melihat kejadian tersebut..
Tempat itu pun berubah menjadi hening..
Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut…??
Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja..
Mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya. Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan.
Siswi tersebut memperhatikan orang-orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum.
Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja..
Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, “Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?”
Di sini, dalam sekejap siswi tersebut simpati dengan kepala sekolah dan membuka tasnya. Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto, demi Allah, itu semua tidak ada!
Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti..
Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut.
Setelah merasa tenang, siswi itu berkata, “Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku makan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini.."
"Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami..," ujar siswi tersebut sambil menunduk malu.
"Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan..”
Saat itu juga semua yang hadir di ruangan tersebut tak kuasa menahan air mata, bahkan beberapa guru menangis sambil memeluk siswi tersebut.
Maka tirai pun ditutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya.
Karenanya wahai saudara dan saudariku, ini adalah satu dari tragedi yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang berpura-pura tidak mengenal mereka.
Wajib bagi seluruh sekolah dan pesantren untuk mendata kondisi ekonomi para santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik.
Semoga kisah ini dapat menjadi renungan kita semua. Semoga, apabila diantara kita diberikan rejeki berlebih oleh Allah, kita akan menjadi lebih perhatian, lebih perduli, dan lebih memberi kepada saudara-saudara kita di sekitar rumah atau lingkungan kita...Aamiin
Sumber : buzzertweet.com
Selasa, 09 Februari 2016
25 Nasyid Pilihan Daulah Islam
NO
|
JUDUL
|
LINK
|
|
1
|
Robit
wa Sobir – Ajnad Media
|
||
2
|
Ji'na
Jundulloh – Ajnad Media
|
||
3
|
Sholeel
Showarim – Ajnad Media
|
||
4
|
Saroya
Daulati – Ajnad Media
|
||
5
|
Ummati
qod Laha Fajrun – Ajnad Media
|
||
6
|
Alamul
Inhina’ – Ajnad Media
|
||
7
|
Syariatu
Robbina Nurun – Ajnad Media
|
||
8
|
Abadan
in Naheed – Iraq Nasyid
|
||
9
|
Jundullah
|
||
10
|
Fi
sabiilil karomah'
|
||
11
|
Yaa
Daulatal islami Nawwartid Duna
|
||
12
|
Halaqot
al bara – The Sword of Tawheed
|
||
13
|
Baligho
|
||
14
|
Datanglah
sahabatku (versi Uighur)
|
||
15
|
Mit
Syahid
|
||
16
|
Abshree
yaummati
|
||
17
|
Baan
Al-Tareeq
|
||
18
|
Qoriban
Qoriba
|
||
19
|
Khilafah
Telah Kembali – Al Hayat Media
|
||
20
|
Hai
mujahid muda – Izzatul Islam
|
||
21
|
Untukmu
syuhada – Izzatul Islam
|
||
22
|
Qoomu
lil islami shorhun fii bilaadirroofidain
|
||
23
|
Qootill
– Moslem Muwahhid
|
||
24
|
Ayyuhalbathol
– The Sword of Tawheed
|
||
25
|
Raahilun
was syawq – The Sword of Tawheed
|
||
Minggu, 07 Februari 2016
Berpakaian Kotor Menghadiri Rapat Orang Tua Murid, Ucapan Bapak Ini Membuat Semua Orang Malu!
Khisakzaman - Tepat pukul 7 malam, orang tua murid mulai masuk ke dalam ruangan kelas di sekolah. Beberapa orang tua terlihat penuh sopan santun, ada juga orang tua yang kelihatannya sombong, ada juga yang terlihat sangat berhati-hati. Pada saat guru mulai menutup pintu dan mulai berbicara, pintu yang baru saja ditutup terbuka kembali perlahan-lahan, seorang pria paruh baya, badannya kotor penuh dengan debu muncul dibalik pintu. Dengan wajah yang tersenyum dia meminta maaf karena datang terlambat.
Kehadirannya menarik perhatian orang tua murid lainnya. Dia mengenakan pakaian kerja yang sudah luntur serta penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, dia memakai sepatu boot yang penuh dengan lumpur. Dia kelihatan seperti baru pulang dari kerja bangunan.
Guru itu berkata: "Permisi, Bapak siapa?" Pria paruh baya itu berkata: "Saya ayahnya Aminudin" Guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta pria itu menandatangani buku kehadiran. Ayah dari Aminudin dengan muka yang tertunduk berkata: "Maaf, Pak Guru, saya tidak dapat membaca dan menulis..." Para orang tua murid lainnya terdengar ada yang mulai menertawakan, sang guru tersebut pun berkata: "Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan."
Kemudian guru tersebut mulai menjelaskan, tujuan diadakannya rapat orang tua murid adalah supaya setiap orang tua dapat saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mendidik anak serta kesannya selama mendidik anak. Ada 2-3 orang tua murid membagikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, supaya mereka mau menulis pr mereka, membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Pada saat guru tersebut meminta ayah dari Aminudin untuk berbicara, ia memperkenalkan, "Aminudin adalah seorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu beroleh nilai terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya. Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah dari Aminudin mendidik anaknya."
Tidak sedikit orang tua murid lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Aminudin dengan agak sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua murid lainnya. Ini perkataannya:
Saya hanya suka melihat anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya pasti akan duduk di samping dia untuk melihatnya mengerjakan PR yang ada. Suatu hari, anak saya bertanya kepada saya, "Ayah, setiap hari melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?" Saya berkata "Ayah tidak mengerti." Kemudian anak saya bertanya: "Ayah, jika Ayah tidak mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak?"
Saya berkata: "Jika kamu mengerjakannya dengan cepat, maka Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; jika kamu menyalakan kipas angin, mengambil minum, maka Ayah tahu bahwa soal tersebut susah."
Saya seorang buruh bangunan. Suatu kali saya mengangkat wajah saya dan melihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya bertanya kepada anak saya, apakah kamu mau tinggal di rumah yang tinggi, yang besar, rumah yang indah? Mengendarai mobil bagus? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata: "Oleh karena itu kamu harus belajar dengan baik."
Saya tidak sekolah, tidak dapat membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya senang jongkok di samping saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberikan uang jajan kepada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam. Dia sering di rumah membantu saya mencuci pakaian.
Setelah selesai berbicara, dia membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini meskipun tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup, tetapi ia sangat hormat kepada guru. Dia juga senang menemani anaknya. Ini adalah caranya bagaimana dia berhasil dalam mendidik anak!
Kehadirannya menarik perhatian orang tua murid lainnya. Dia mengenakan pakaian kerja yang sudah luntur serta penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, dia memakai sepatu boot yang penuh dengan lumpur. Dia kelihatan seperti baru pulang dari kerja bangunan.
Guru itu berkata: "Permisi, Bapak siapa?" Pria paruh baya itu berkata: "Saya ayahnya Aminudin" Guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta pria itu menandatangani buku kehadiran. Ayah dari Aminudin dengan muka yang tertunduk berkata: "Maaf, Pak Guru, saya tidak dapat membaca dan menulis..." Para orang tua murid lainnya terdengar ada yang mulai menertawakan, sang guru tersebut pun berkata: "Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan."
Kemudian guru tersebut mulai menjelaskan, tujuan diadakannya rapat orang tua murid adalah supaya setiap orang tua dapat saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mendidik anak serta kesannya selama mendidik anak. Ada 2-3 orang tua murid membagikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, supaya mereka mau menulis pr mereka, membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Pada saat guru tersebut meminta ayah dari Aminudin untuk berbicara, ia memperkenalkan, "Aminudin adalah seorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu beroleh nilai terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya. Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah dari Aminudin mendidik anaknya."
Tidak sedikit orang tua murid lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Aminudin dengan agak sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua murid lainnya. Ini perkataannya:
Saya hanya suka melihat anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya pasti akan duduk di samping dia untuk melihatnya mengerjakan PR yang ada. Suatu hari, anak saya bertanya kepada saya, "Ayah, setiap hari melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?" Saya berkata "Ayah tidak mengerti." Kemudian anak saya bertanya: "Ayah, jika Ayah tidak mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak?"
Saya berkata: "Jika kamu mengerjakannya dengan cepat, maka Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; jika kamu menyalakan kipas angin, mengambil minum, maka Ayah tahu bahwa soal tersebut susah."
Saya seorang buruh bangunan. Suatu kali saya mengangkat wajah saya dan melihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya bertanya kepada anak saya, apakah kamu mau tinggal di rumah yang tinggi, yang besar, rumah yang indah? Mengendarai mobil bagus? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata: "Oleh karena itu kamu harus belajar dengan baik."
Saya tidak sekolah, tidak dapat membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya senang jongkok di samping saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberikan uang jajan kepada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam. Dia sering di rumah membantu saya mencuci pakaian.
Setelah selesai berbicara, dia membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini meskipun tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup, tetapi ia sangat hormat kepada guru. Dia juga senang menemani anaknya. Ini adalah caranya bagaimana dia berhasil dalam mendidik anak!
Berbagai sumber




